Senin, 02 Maret 2015

Jali Ketan

JALI KETAN, TANAMAN YANG SERBAGUNA


A. PENDAHULUAN

             Sebelumnya, tulisan ini pernah saya publikasikan di blog saya yang terdahulu. Namun karena sempat terhenti untuk menjadi blogger selama beberapa tahun dan saya putuskan untuk memulainya lagi sekarang, kemudian berganti alamat blog. Tulisan ini tidak sepenuhnya saya revisi dan bisa dikatakan masih sama seperti tulisan saya yang terdahulu.
Jali pertama kali dikenal oleh ayah saya pada tahun 1979. Awal mulanya, jali hanya tumbuh 1 pohon di depan rumah. Entah datang darimana tanaman itu, namun ayah saya penasaran sehingga merawat dan mengembangkan tanaman tersebut. Pada mulanya, Tanaman tersebut dianggap sebagai tanaman hias, namun setelah kira kira 4 bulan, tanaman tersebut ternyata berbuah. Ayah saya mengamati tanaman tersebut dan menghasilkan penemuan baru pada waktu itu.
Dilihat dari bentuk buahnya, bentuknya bulat, seperti biji tasbih. Namun ayah saya mencoba untuk mencicipi buah tersebut secara mentah dan ternyata rasanya cukup enak seperti rasa tepung. Lalu, semua buah yang ada dalam satu pohon tersebut dijadikan benih. Kemudian ditanam kembali dan setelah sekitar 5-6 bulan sudah bisa dipanen.
          Dari hasil panen tersebut, ayah saya mencoba untuk menggiling jali tersebut untuk dijadikan sebagai beras. Setelah cangkang jali ini terlepas, terlihatlah beras jali yang bentuknya juga unik. Setelah terkumpul cukup banyak, beliau mencoba memasaknya seperti nasi beras. Ternyata hasilnya tidak kalah dengan beras dan rasanya juga enak. Karena itu, jali ini bisa menjadi pengganti makanan pokok, sebagai nasi. Lalu ayah saya memproduksi nasi jali dan dijual di warung kami.
Warga pun penasaran dan mereka membelinya, yang ternyata setelah mereka mencicipi rasanya enak. Sampai beberapa tahun menjual itu, ayah saya sudah sedikit tidak memproduksi lagi dikarenakan kesibukan ayah saya yang pada saat itu sedang berbisnis cengkeh dan Dilem(nilam). Namun, disisi lain petani selain ayah tak ada yang mengembangkan tanaman tersebut, sehingga produksi beras jali pun akhirnya juga ikut terhenti.
                Selain menjadi makanan pokok, jali juga dapat dibuat sebagai bahan membuat ketan, dodol jali, bubur jali, dll. Caranya pun tergolong hampir sama dengan bahan baku yang lain. Seiring dengan perkembangan jaman dan minat masyarakat yang mulai berkurang, akhirnya sedikit demi sedikit mulai berkurang juga minat terhadap nasi jali. Setelah hampir 1 tahun vacum dalam bisnis jali ini, ayah saya mencoba untuk mengembangkannnya lagi. Ayah saya menjualnya lagi di rumah untuk masyarakat lingkungan sekitar. Ayah saya juga  mencoba membuat jali sebagai makanan tambahan. Dari pertama membuat ketan, dan rasanya juga enak, lalu membuat bubur, dll. Namun ya itu tadi, seiring perkembangan jaman, akhirnya mulai ditinggalkan makanan dari jali ini. Kalau tidak salah, terakhir tahun 1986 terakhir jali ramai di masyarakat Ketenger dan sekitarnya. Setelah itu, sudah jarang yang memiliki tanaman tersebut di sawahnya. Hingga saya lahir, dan masih kecil, pertama kali saya makan nasi jali ini saat saya masih TK pada saat saya ber umur 5 tahun, tahun 2000.
          Setelah tahun 2000, jali sudah benar benar hampir punah, tidak ada yang membudidayakannya lagi. Namun, ayah saya tetap mempertahankan walaupun 1 atau 2 pohon saja. Setiap panen jali tersebut dijadikan benih, dengan maksud agar jali tidak punah. Masyarakat desa juga tidak ada yang tertarik untuk menanamnya, karena jali sudah kurang populer. Sampai akhirnya penulis mendengar bahwa jali sudah menjadi tanaman yang hampir punah/langka, khususnya di Pulau Jawa ini. Padahal kalau dikembangkan, jali merupakan tanaman yang bermanfaat dan serbaguna. Serbaguna bagaimana? Nah ini uniknya jali. Selain sebagai makanan pokok, makanan tambahan, jali juga dapat digunakan sebagai obat. Nanti akan saya sebutkan pada tulisan dibawah.
B. KANDUNGAN DAN FUNGSI JALI
                Jali mengandung berbagai macam zat yang sangat diperlukan oleh tubuh. Perbandingan kandungan biji jali dan beras putih dalam 100 gramnya antara lain sebagai berikut
Bahan
Kalori
Karbohidrat
Lemak
Kalsium
Protein
Amonium
Fosfor
Zat Besi
Vit. B1
Jali
289
61
4
213
11,1
23
176
11,0
0,14
Beras
248
79
1,2
5
-
40
22
0,5
0,02
                Jali juga dapat dikatakan tanaman serbaguna. Mengapa serbaguna? Karena jali bukan hanya sebagai tanaman yang menghasilkan makanan pokok, tapi juga dapat digunakan sebagai makanan tambahan dan juga obat.
                1. Jali Sebagai Makanan Pokok
                Saat ini masyarakat masih bergantung pada beras sebagai makanan pokoknya. Padahal masih banyak makanan lain yang bisa dijadikan sebagai pengganti beras. Salah satunya ya jali ini. Toh rasanya tidak kalah dengan beras, kandungan gizinya pun cukup. Menurut kebutuhan gizi, beras jali ini juga tidak jauh beda dengan makanan pokok lain. Dalam 100 gram beras jali, terdapat 289 kalori, 11 gram protein, 4 gram lemak, 61 gram karbohidrat, 213 mg kalsium, 176 mg fosfor, 11 mg zat besi, dan masih banyak kandungan lainnya.
                2. Jali Sebagai Makanan Tambahan

                Jali sebagai makanan tambahan disini yang dimaksud adalah jali tidak hanya digunakan sebagai makanan pokok, melainkan dapat dibuat menjadi dodol jali, tape jali, ketan jali, jenang jali, bubur jali, dan masih banyak jenis makanan lainnya tergantung dari kreatifitas masing masing. Orang tua saya baru pernah membuat jali sebagai tape, jenang, dan bubur jali.
                3. Jali sebagai Tanaman Obat
                Setelah membaca beberapa artikel tentang jali, ternyata banyak juga manfaatnya. Bukan hanya sebagai makanan pokok, dapat digunakan juga sebagai obat seperti : Diare, radang paru paru, usus buntu, urin sedikit, keputihan, kutil, tidak datang haid, kanker mulut rahim, sakit kuning, dan masih banyak lagi manfaatnya. Jali juga mengandung komponen Coxenolide yang dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi Cortex Adrenal pada Ginjal. Jadi, yang terkena penyakit yang berhubungan dengan ginjal, silahkan dengan memakan nasi jali, InsyaAllah fungsi dari ginjal dapat bertambah. Jali juga dapat meingkatkan daya tahan tubuh, mengobati rasa pegal, mengeluarkan nanah, anti toxic, menyembuhkan bisul, cacingan, sakit otot, sakit tulang, sakit persendian, dll.
                4. Jali sebagai tanaman langka.
                Saat ini jali dapat dikategorikan sebagai tanaman langka, sebab banyak orang yang tidak mengetahui apa itu jali, bagaimana bentuknya dan manfaat manfaatnya. Juga yang tadinya di berbagai daerah ada, sekarang sudah tidak lagi dikembangkan. Pernah penulis melanglang keliling kabupaten banyumas dan menanyakan kepada para petani tentang jali ini, responnya bermacam-macam. Bahkan ada yang tidak tahu tentang jali ini.
Saat penulis menanyakan kepada orang-orang baik itu saudara, teman, maupun warga yang saya temui, mereka kebanyakan tidak tahu tentang jali ketan. Yang mereka tahu adalah jali yang keras atau yang biasa dipakai untuk membuat tasbih. Ya, selain jali ketan juga ada jali batu yang memang keras dan biasa digunakan sebagai hiasan.
Jali ketah tergolong mudah pada penanaman dan biaya untuk menanam serta perawatannya juga tergolong murah. Murah dalam arti lebih murah prosesnya daripada tanaman pangan lainnya seperti beras dan jagung. Cara penanaman jali juga cukup mudah. Jali tidak harus ditanam di lahan terbuka. Kebanyakan orang memang menanamnya di lahan terbuka/tegalan. Namun, tidak harus di lahan terbuka. Di kebun yang banyak pepohonan pun juga bisa. Tidak hanya itu saja. Jali juga dapat ditanam di lahan yang kurang subur. Seperti contoh yang ada di depan rumah saya, ini tanahnya keras, dan banyak batu, namun bisa tetap tumbuh dengan baik.



                Jali ketan ini cocok dengan lahan kering. Masa panen sekitar 5-6 bulan sejak biji ditanam. Dalam satu rumpun dapat terdiri banyak tunas. Kalau dalam 1 lubang ditanam 2 biji, maka dala satu rumpun akan tumbuh sekitar 7-10 tunas pada masa panen pertama. Pada masa panen ke-2 akan menjadi lebih banyak lagi. Berbeda dengan jagung yang hanya satu kali panen per 1x tanam. Tetapi jali dapat dipanen berkali kali dalam satu kali tanam.
                Nah, itulah sedikit tentang jali di desa Ketenger. Sebenarnya masih banyak lagi hal tentang jali. Jali sangat banyak manfaatnya. Namun masyarakat kurang peduli untuk membudidayakan tanaman ini. Sekarang hampir menjadi tanaman langka. Karena alasan itulah, sampai sekarang saya masih membudidayakan tanaman tersebut.

6 komentar:

  1. Mas Dian, bisa bibitnya untuk saya?

    BalasHapus
  2. Mas Dian< gimana saya dapat bibit jali ketan?

    BalasHapus
  3. Maaf mas bendi, lama ga on disini.
    Sementara ini benih sedang terbatas sekali. Jadi belum bisa untuk diperjualkan apalagi dalam jumlah banyak.
    Tapi kalau ke lokasi langsung, mungkin ada beberapa yang bisa dibawa.
    Nuwun.

    BalasHapus
  4. Mas Dian Jaya, saya tertarik untuk mengembangkan Jali ini sekaligus untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Alamatnya dimana bila saat dinas saya bisa mampir.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silahkaan.
      Alamatnya di desa Ketenger RT 07 RW 02 KEcamatan Baturraden. Kabupaten Banyumas.

      Hapus
  5. Mas dian saya minta nomer handphone yang bisa di hubungi apa ga?

    BalasHapus