A.
PENDAHULUAN
Sebelumnya, tulisan ini pernah saya publikasikan
di blog saya yang terdahulu. Namun karena sempat terhenti untuk menjadi blogger
selama beberapa tahun dan saya putuskan untuk memulainya lagi sekarang, kemudian
berganti alamat blog. Tulisan ini tidak sepenuhnya saya revisi dan bisa
dikatakan masih sama seperti tulisan saya yang terdahulu.
Jali pertama kali
dikenal oleh ayah saya pada tahun 1979. Awal mulanya, jali hanya tumbuh 1 pohon
di depan rumah. Entah datang darimana tanaman itu, namun ayah saya penasaran
sehingga merawat dan mengembangkan tanaman tersebut. Pada mulanya, Tanaman
tersebut dianggap sebagai tanaman hias, namun setelah kira kira 4 bulan,
tanaman tersebut ternyata berbuah. Ayah saya mengamati tanaman tersebut dan
menghasilkan penemuan baru pada waktu
itu.
Dilihat dari
bentuk buahnya, bentuknya bulat, seperti biji tasbih. Namun ayah saya mencoba
untuk mencicipi buah tersebut secara mentah dan ternyata rasanya cukup enak
seperti rasa tepung. Lalu, semua buah yang ada dalam satu pohon tersebut
dijadikan benih. Kemudian ditanam kembali dan setelah sekitar 5-6 bulan sudah
bisa dipanen.
Dari
hasil panen tersebut, ayah saya mencoba untuk menggiling jali tersebut untuk
dijadikan sebagai beras. Setelah
cangkang jali ini terlepas, terlihatlah beras jali yang bentuknya juga unik.
Setelah terkumpul cukup banyak, beliau mencoba memasaknya seperti nasi beras. Ternyata hasilnya tidak
kalah dengan beras dan rasanya juga enak. Karena itu, jali ini bisa menjadi pengganti makanan pokok, sebagai nasi. Lalu ayah saya
memproduksi nasi jali dan dijual di warung kami.
Warga pun
penasaran dan mereka membelinya, yang ternyata setelah mereka mencicipi rasanya
enak. Sampai beberapa tahun menjual itu, ayah saya sudah sedikit tidak
memproduksi lagi dikarenakan kesibukan ayah saya yang pada saat itu sedang
berbisnis cengkeh dan Dilem(nilam). Namun, disisi lain petani selain ayah tak
ada yang mengembangkan tanaman tersebut, sehingga produksi beras jali pun
akhirnya juga ikut terhenti.
Selain
menjadi makanan pokok, jali juga dapat dibuat sebagai bahan membuat ketan,
dodol jali, bubur jali, dll. Caranya pun tergolong hampir sama dengan bahan
baku yang lain. Seiring dengan perkembangan jaman dan minat masyarakat yang
mulai berkurang, akhirnya sedikit demi sedikit mulai berkurang juga minat
terhadap nasi jali. Setelah hampir 1 tahun vacum dalam bisnis jali ini, ayah
saya mencoba untuk mengembangkannnya lagi. Ayah saya menjualnya lagi di rumah
untuk masyarakat lingkungan sekitar. Ayah saya juga mencoba membuat jali sebagai makanan tambahan.
Dari pertama membuat ketan, dan rasanya juga enak, lalu membuat bubur, dll. Namun ya itu
tadi, seiring perkembangan jaman, akhirnya mulai ditinggalkan makanan dari jali
ini. Kalau tidak salah, terakhir tahun 1986 terakhir jali ramai di masyarakat
Ketenger dan sekitarnya. Setelah itu, sudah jarang yang memiliki tanaman
tersebut di sawahnya. Hingga saya lahir, dan masih kecil, pertama kali saya
makan nasi jali ini saat saya masih TK pada saat saya ber umur 5 tahun, tahun
2000.
Setelah
tahun 2000, jali sudah benar benar hampir punah, tidak ada yang membudidayakannya
lagi. Namun, ayah saya tetap mempertahankan walaupun 1 atau 2 pohon saja.
Setiap panen jali tersebut dijadikan benih, dengan maksud agar jali tidak
punah. Masyarakat desa juga tidak ada yang tertarik untuk menanamnya, karena
jali sudah kurang populer. Sampai akhirnya penulis mendengar bahwa jali sudah
menjadi tanaman yang hampir punah/langka, khususnya di Pulau Jawa ini. Padahal
kalau dikembangkan, jali merupakan tanaman yang bermanfaat dan serbaguna.
Serbaguna bagaimana? Nah ini uniknya jali. Selain sebagai makanan pokok,
makanan tambahan, jali juga dapat digunakan sebagai obat. Nanti akan saya
sebutkan pada tulisan dibawah.
B.
KANDUNGAN DAN FUNGSI JALI
Jali
mengandung berbagai macam zat yang sangat diperlukan oleh tubuh. Perbandingan kandungan
biji jali dan beras putih dalam 100 gramnya antara lain sebagai berikut
Bahan
|
Kalori
|
Karbohidrat
|
Lemak
|
Kalsium
|
Protein
|
Amonium
|
Fosfor
|
Zat Besi
|
Vit. B1
|
Jali
|
289
|
61
|
4
|
213
|
11,1
|
23
|
176
|
11,0
|
0,14
|
Beras
|
248
|
79
|
1,2
|
5
|
-
|
40
|
22
|
0,5
|
0,02
|
Jali
juga dapat dikatakan tanaman serbaguna. Mengapa serbaguna? Karena jali bukan
hanya sebagai tanaman yang menghasilkan makanan pokok, tapi juga dapat
digunakan sebagai makanan tambahan dan juga obat.
1. Jali Sebagai Makanan Pokok
Saat
ini masyarakat masih bergantung pada beras sebagai makanan pokoknya. Padahal
masih banyak makanan lain yang bisa dijadikan sebagai pengganti beras. Salah
satunya ya jali ini. Toh rasanya tidak kalah dengan beras, kandungan gizinya
pun cukup. Menurut kebutuhan gizi, beras jali ini juga tidak jauh beda dengan
makanan pokok lain. Dalam 100 gram beras jali, terdapat 289 kalori, 11 gram
protein, 4 gram lemak, 61 gram karbohidrat, 213 mg kalsium, 176 mg fosfor, 11
mg zat besi, dan masih banyak kandungan lainnya.
2. Jali Sebagai Makanan Tambahan
Jali sebagai makanan
tambahan disini yang dimaksud adalah jali tidak hanya digunakan sebagai makanan
pokok, melainkan dapat dibuat menjadi dodol jali, tape jali, ketan jali, jenang
jali, bubur jali, dan masih banyak jenis makanan lainnya tergantung dari
kreatifitas masing masing. Orang tua saya baru pernah membuat jali sebagai
tape, jenang, dan bubur jali.
3. Jali sebagai Tanaman Obat
Setelah
membaca beberapa artikel tentang jali, ternyata banyak juga manfaatnya. Bukan
hanya sebagai makanan pokok, dapat digunakan juga sebagai obat seperti : Diare,
radang paru paru, usus buntu, urin sedikit, keputihan, kutil, tidak datang
haid, kanker mulut rahim, sakit kuning, dan masih banyak lagi manfaatnya. Jali
juga mengandung komponen Coxenolide yang dapat digunakan untuk meningkatkan
fungsi Cortex Adrenal pada Ginjal. Jadi, yang terkena penyakit yang berhubungan
dengan ginjal, silahkan dengan memakan nasi jali, InsyaAllah fungsi dari ginjal
dapat bertambah. Jali juga dapat meingkatkan daya tahan tubuh, mengobati rasa
pegal, mengeluarkan
nanah, anti toxic, menyembuhkan bisul, cacingan, sakit otot, sakit tulang,
sakit persendian, dll.
Lebih lengkapnya di http://www.tanaman-obat.com/aneka-tanaman-obat/101-tanaman-obat-jali
.
4. Jali sebagai tanaman langka.
Saat
ini jali dapat dikategorikan sebagai tanaman langka, sebab banyak orang yang
tidak mengetahui apa itu jali, bagaimana bentuknya dan manfaat manfaatnya. Juga
yang tadinya di berbagai daerah ada, sekarang sudah tidak lagi dikembangkan. Pernah penulis melanglang keliling kabupaten
banyumas dan menanyakan kepada para petani tentang jali ini, responnya
bermacam-macam. Bahkan ada yang tidak tahu tentang jali ini.
Saat penulis menanyakan kepada orang-orang baik itu saudara, teman, maupun
warga yang saya temui, mereka kebanyakan tidak tahu tentang jali ketan. Yang mereka
tahu adalah jali yang keras atau yang biasa dipakai untuk membuat tasbih. Ya,
selain jali ketan juga ada jali batu yang memang keras dan biasa digunakan
sebagai hiasan.
Jali ketah tergolong mudah pada penanaman dan biaya
untuk menanam serta perawatannya juga tergolong murah. Murah dalam arti lebih
murah prosesnya daripada tanaman pangan lainnya seperti beras dan jagung. Cara
penanaman jali juga cukup mudah. Jali tidak harus ditanam di lahan terbuka.
Kebanyakan orang memang menanamnya di lahan terbuka/tegalan. Namun, tidak harus
di lahan terbuka. Di kebun yang banyak pepohonan pun juga bisa. Tidak hanya itu
saja. Jali juga dapat ditanam di lahan yang kurang subur. Seperti contoh yang ada di depan rumah saya, ini tanahnya
keras, dan banyak batu, namun bisa tetap tumbuh dengan baik.
Jali
ketan ini cocok dengan lahan kering. Masa panen sekitar 5-6 bulan sejak biji
ditanam. Dalam satu rumpun dapat terdiri banyak tunas. Kalau dalam 1 lubang
ditanam 2 biji, maka dala satu rumpun akan tumbuh sekitar 7-10 tunas pada masa
panen pertama. Pada masa panen ke-2 akan menjadi lebih banyak lagi. Berbeda
dengan jagung yang hanya satu kali panen per 1x tanam. Tetapi jali dapat
dipanen berkali kali dalam satu kali tanam.
Nah,
itulah sedikit tentang jali di desa Ketenger. Sebenarnya masih banyak lagi hal
tentang jali. Jali sangat banyak manfaatnya. Namun masyarakat kurang peduli
untuk membudidayakan tanaman ini. Sekarang hampir menjadi tanaman langka.
Karena alasan itulah, sampai sekarang saya masih membudidayakan tanaman tersebut.
Mas Dian, bisa bibitnya untuk saya?
BalasHapusMas Dian< gimana saya dapat bibit jali ketan?
BalasHapusMaaf mas bendi, lama ga on disini.
BalasHapusSementara ini benih sedang terbatas sekali. Jadi belum bisa untuk diperjualkan apalagi dalam jumlah banyak.
Tapi kalau ke lokasi langsung, mungkin ada beberapa yang bisa dibawa.
Nuwun.
Mas Dian Jaya, saya tertarik untuk mengembangkan Jali ini sekaligus untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Alamatnya dimana bila saat dinas saya bisa mampir.
BalasHapusSilahkaan.
HapusAlamatnya di desa Ketenger RT 07 RW 02 KEcamatan Baturraden. Kabupaten Banyumas.
Mas dian saya minta nomer handphone yang bisa di hubungi apa ga?
BalasHapus