Kita : “Kesalahan
Penggunaan Atau Pergeseran Makna?”
Bahasa digunakan sebagai penyalur kita dalam berkomunikasi.
Dalam kesehariannya, kita sering menggunakan bahasa Indonesia, juga bahasa
daerah. Namun, tentunya dalam penggunaan bahasa, ada beberapa penggunaan yang
tidak semestinya kita gunakan namun kita gunakan, ada beberapa yang sekarang
menjadi kesalahan penggunaan dalam bahasa yang disampaikan sehari-hari.
“Kita”, merupakan kata ganti orang pertama jamak, yang
berarti di dalam “Kita” adalah lebih dari satu orang yaitu orang yang sedang
berbicara dan yang diajak bicara. Paling tidak, dua orang itu dan bisa jadi
lebih banyak lagi. Hampir sama dengan “Kami” yang merupakan kata ganti orang
pertama jamak juga. Bedanya adalah jangkauan subjeknya. Yaitu kalau kita
menggunakan kata “Kita” berarti orang yang berada di dalamnya paling tidak
adalah orang yang sedang berbicara dan yang diajak bicara, sedangkan kami
adalah terbatas untuk orang pertama atau yang sedang berbicara, dan kelompoknya
yang selain dengan orang yang diajak bicara.
Dari uraian di atas, kita tahu bahwa “kami” dan “kita”
adalah berbeda dalam penggunaannya. Ada beberapa contoh penggunaannya dalam
kehidupan sehari-hari. Kata “kami”, “kami pergi ke taman kota tadi malam” atau
“kami telah menyelesaikan tugas ini”. Nah berarti orang yang sedang diajak
bicara tidak diikutkan dalam kejadian yang sedang dibicarakan, karena kalimat
tersebut adalah menceritakan suatu kejadian kepada yang sedang diajak bicara. Berbeda
dengan penggunaan “kita”, “kita pernah ke tempat ini setahun yang lalu” atau
“kita akan mendapatkan hadiah jika tugas ini selesai” berarti orang yang diajak
bicara ikut dalam kejadian atau hal yang sedang diceritakan.
Namun akhir-akhir
ini, saya sering mendengar beberapa kesalahan penggunaan dalam kehidupan
sehari-hari. Saya pernah dan bahkan sering mendengar teman saya saat presentasi
pada salah satu mata kuliah di kampus. Dia mengatakan “kita memilih judul ini
karena,,,,,” dan beberapa kalimat lainnya yang seharusnya menggunakan kata “kami”
bahkan “dia” yang saya ceritakan sebenarnya bukan hanya satu, yang berarti
“mereka”.
Selain dari teman saya, saya pernah mendengarkan di salah
satu stasiun televisi yaitu saat sedang wawancara dengan salah seorang polisi
dalam sebuah kasus yang sedang diselidiki. “kita sedang menyelidiki kasus ini”
seperti itu kata salah seorang polisi tersebut. Dalam hati saya berkata “kita ?
kan yang sedang menyelidiki kasus itu kan polisi, saya ga ikut kan?” bahkan
presiden kita saat ini, selalu menggunakan kata “kita” dalam setiap
pembicaraannya. Padahal kalau kita kaji sesuai dengan ejaan bahasa indonesia
yang baik dan benar itu seharusnya menggunakan kata “kami” di dalam kalimat
tersebut.
Lalu, apakah ini merupakan pergeseran makna? Saya rasa
bukan. Tak sesederhana itu. Karena kata tersebut sebenarnya terasa jelas
berbeda. Beberapa anak muda sebenarnya punya sindiran saat kita salah
menggunakan kata tersebut dalam sebuah kalimat. Misalnya saat kita harusnya
menggunakan kata “kami”, tetapi salah menggunakan dengan “kita”. Apalagi itu
hal negatif. Pernah menjadi trend
saat lawan bicara mengatakan “kita?? Lo aja kali, gue nggak..”. Meski ini hanya
lelucon, tetapi sebenarnya makna tersiratnya memang berarti. Disadari atau
tidak oleh yang berbicara. Pernah kan menjumpai kalimat seperti itu?
Ckckckck....
Namun perbedaan penggunaan kata “kita” dan “kami” terasa layaknya dalam perbedaan
penggunaan kata “saya” dan “aku”. Banyak yang mengatakan “saya” itu lebih
formal daripada “aku”. Begitupun kata “kami” yang dinilai lebih formal
dibandingkan “kita”. Padahal perbedaannya sebenarnya malah bukan di sisi formal
atau tidaknya. Tetapi jangkauan orang yang ada didalamnya.
Nah itulah tentang apa yang sedang terjadi di lingkungan
kita ini, khususnya pada anak muda, lebih umum lagi, banyak kalangan di
Indonesia ini. Akankah berubah? Kita lihat saja...